Saturday, July 4, 2009

Nommensen dan Pemilu 2009

Gak terasa..Cuma dalam hitungan hari lagi kita, bangsa ini, bangsa indonesia akan menjumpai hari dimana seluruh aktivitas bangsa ini terfokus dalam satu kegiatan yang di tujukan untuk memilih satu pasangan yang akan menempati kedudukan tertinggi dalam sistem pemerintahan kita. yaitu pemilihan presiden dan wakilnya masa bakti 2009-20014.

Dua orang yang akan paling memegang kendali mau kemana dan mau seperti apa bangsa ini dalam melangkahkan jejak catatan kehidupannya menuju masa yang di depan.

tentu sesuai dengan aturan yang ada, bahkan di bakukan dalam bentuk UU Pemilu, kita semua berhak untuk mengaspirasikan suara kita dalam menjatuhkan pilihan kepada siapa kita akan mempercayai kemudi laju bahtera bangsa dimana kita ikut berada di dalam nya.

Jalannya masa kampanye pun sudah kita nikmati selama beberapa waktu belakangan terakhir ini.

Kadang ada celaan dan sumpah serapah kita keluar spontan saat kita menyaksikan acara-acara yang menayangkan perdebatan para capres tersebut.

Ketidak setujuan yang hanya terpendam di benak kita saat merasa bahwa apa yang menjadi janji,visi,misi mereka tidaklah sesusai harapan kita..

Anggukan dan decak kagum juga terkadang kita berikan saat terpikir bahwa apa yang mereka (para capres) utarakan sesusai dengan apa yang menjadi mau kita..

Ataupun juga tawa terbahak-bahak membahana saat celetukan, tingkah polah para capres tersebut menyentuh sisi humor kita.

Macam-macam..aneka rupa apresiasi kita terhadap jalannya sebuah prosedur politik untuk pemilihan pemimpin negri yang sering di juruskan pada istilah pesta demokrasi.

Entah bagaimana sampai sejauh ini.. setelah semua apa yang saya saksikan,dengar dan lihat pada jalannya proses pemilu, tak satupun dari seluruh pasangan capres-cawapres yang ada menarik minat saya untuk memilihnya, bukan brarti saya adalah seorang warga Negara yang apatis ataupun karena prinsip-prinsip politik yang saya anut membuat saya merasa bahwa tak perlu untuk memilih satupun dari pasangan capres-cawapres tersebut.

Tidak.. bukan seperti itu ada nya yang membuat saya tak kunjung jatuh hati pada salah satu pasangan yang harus dipilih tersebut.

Tapi ada semacam keraguan menyelimuti alam pikiran ini, semacam rasa pesimistis apakah keadaan bangsa ini akan semakin membaik?

Membaik tidak hanya bagi segelintir orang atau kelompok saja..

Atau bagi satu dua orang yang menikmatinya dengan posisi dan kedudukan mereka.

Tapi membaik bagi keseluruhan rakyat,keseluruhan komponen bangsa.

Apakah setelah sekian banyak rupiah terhambur untuk penyelenggaraan keseluruhan proses pemilu ini sampai nanti puncak hari H nya untuk memilih pemimpin utama negri ini akan membawa kebaikan bersampulkan kesejahteraan melekat di pangkuan ibu pertiwi?

Masalahnya adalah seorang pemimpin yang bagaimana dan seperti apa sih yang harusnya memimpin negri ini?

Sejenak saya teringat hari dimana saya berdiri di depan sebuah batu nisan di sebuah bukit di kota Tarutung – Sumatera Utara.

Ya kira-kira hampir 8 tahun lalu di pertengahan 2001, saya berada di bukit itu memandangi sebuah batu nisan sederhana di atas kubur itu.

Adalah makam dari seorang Nommensen, seorang Jerman yang 17 tahun terakhir hidupnya ia habiskan di Tanah Batak bagi kemajuan masyarakat batak sendiri.

Siapa dia?saya tak kan banyak terlalu uraikan disini.

Tapi biarlah saya kutip salah satu pernyataan seorang tokoh Negara ini;

“Kalau dulu Apostel Nommensen tidak datang ke sini, mungkin kita orang Batak masih memakai cawat sampai sekarang,” kata TB Silalahi yang juga penasihat Presiden SBY itu, didampingi Bupati Tobasa Monang Sitorus dan wakilnya Mindo Siagian.
“Saya sampai dua minggu membaca buku-buku tentang sejarah Nommensen. Saya betul-betul mengaguminya. Bayangkan, 17 tahun dia di Tapanuli Utara, lalu dengan berjalan kaki, melalui hutan yang penuh binatang buas, datang ke daerah Toba. Kemudian dengan solu [sampan] dia menyeberang ke Pulau Samosir. Luar biasa.”


Kutipan diatas di ambil dari salah satu artikel sebuah surat kabar dan juga bataknews.blogspot.com

Saat itu 8 tahun lalu ketika saya berdiri di depan batu nisannya (Nommensen) ada sesuatu yang hangat mengalir jatuh dari kedua mata ini..Tak terasa saya menangis haru ketika pelupuk mata ini bertumbukan dengan sederet tulisan yang di pahat di nisan tersebut berdasarkan kata-kata sang tokoh yang terbaring abadi di bawah tanah diatas bukit Tarutung itu. Kata-kata sederhana tapi sangat mengguncang kesadaran nurani hati ini..

“biarlah hidup atau mati aku berada di tengah-tengah bangsa ini”

Demikianlah kata-kata sederhana yang bermakna dari seorang Jerman yang mungkin saja tak perlu bersusah payah datang ke Tanah batak untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi orang-orang disitu. Apa yang dia cari? Dengan semua keadaan Jerman yang jauh lebih baik dari pada negeri ini sudahlah cukup untuk menjadi sebuah alasan bagi seorang seperti Nommensen untuk tetap mencari kenyamanan di negrinya.

Tapi toh dia justru malah menunjukan hati seorang manusia yang menjalankan fungsi kemanusiaannya dengan tepat dan benar bagi kebaikan orang banyak, yang kalau mau dipikir secara untung dan rugi – apa untung bagi dirinya dengan datang ke negri ini.

Bagi orang Batak, Nommensen bukan cuma tokoh pembawa agama. Ia juga dikenal sebagai pembaharu yang membangun sektor pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Selama berada di Tanah Batak, Nommensen telah mendirikan 510 sekolah dengan murid 32.700 orang, antara lain di Balige, Tarutung, Siantar, Sidikalang, Samosir, dan Ambarita. Setiap mengunjungi desa-desa dia selalu membawa kotak obatnya, dan berusaha menyembuhkan penyakit warga.

Dari apa yang saya kisahkan diatas mengenai Nommensen, adalah sebuah perenungan bagi kita semua ketika kita memutuskan kepada siapa suara atas nama hak sebagai warga Negara ini kita berikan bagi capres atau calon pemimpin negri ini.

Bahwa siapapun dia yang maju mendekati kursi utama kekuasaan negri ini haruslah seorang calon pemimpin bangsa yang memiliki kata-kata “biarlah hidup atau mati aku berada di tengah-tengah bangsa ini dan bagi bangsa ini saja”

Seorang yang benar-benar men set up keseluruhan hati dan pikiran nya hanyalah bagi Negri Indonesia ini.

Bukan seorang yang hanya mengucap seribu janji, menebar pesona dengan perilaku bijak dan santun sesaat demi membius emosi sentimental rakyat, bukan pula seorang yang kepentingannya adalah demi partai nya atau kelompoknya.

Tapi seseorang yang mencintai negri ini dan menempatkan Persatuan, keadilan social, kemanusiaan yang adil dan beradab, permusyawaratan perwakilan dan kesejehateraan social bagi seluruh manusia di bentangan seluruh penjuru mata angin di Nusantara Indonesia ini

Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang justru tidak mecintai kekuasaannya itu sendiri melainkan mencintai Tugas mulia yang ia emban dengan berpikir kebaikan yang menyeluruh bagi Negri ini.

Jadi siapapun yang anda pilih nanti,cermati dan amati..apakah ia seseorang yang memilik hati bagi bangsa ini, jika tidaklah anda temukan itu pada kesemua capres-cawapres yang ada tersebut, maka adalah sesuatu yang lebih tepat jika kita tak memlilihnya sama sekali.

Ketimbang menaruh nasib bangsa ini lewat ajang tebak-tebakan berbungkus kira-kira.

Sesuatu yang perlu kita tau bahwa ini adalah bukan perjudian dengan secoret tinta hitam sebagai taruhan kita. masa depan bangsa ini tak pernah dapat di tentukan dengan sebuah perjudian.

Saya tak sarankan untuk kita semua tak melakukan pemilihan….sekali lagi tidak,

Tapi hanya sekedar mengingatkan bahwa sebagai warga Negara yang turut serta menentukan jalannya peri kehidupan bangsa ini.. hendaklah kita semua dapat menyikapi dengan bijak,cerdas dan tau benar apa yang sedang kita lakukan sekalipun termasuk dalam memilih seorang pemimpin Negara.

Kalopun tak di hari ini kita dapat jumpai seorang pemimpin yang mampu berkata : “biarlah hidup atau mati ku hanyalah untuk bangsa ini” semoga harapan dan doa kita semua suatu hari kelak terdengar oleh generasi yang melanjutkan apa yang harus di lanjutkan demi sesuatu yang lebih baik dan itu untuk rakyat Indonesia.

andreas vic - jakarta- menjelang pemilu 2009

No comments:

Post a Comment